Manusia merupakan makhluk yang sangat rentang digoda
oleh syaitan. Karena manusia memiliki unsur nafsu, yang ketika lebih cendrung
menurutinya, maka peran syaitan sangat kental disana. Maka dari itu, manusia
harus memiliki sesuatu yang dapat menjadi pegangan dalam hidupnya, sehingga
dapat menundukkan nafsunya dan syaitan pun tidak berdaya menggodanya. Itulah
Aqidah yang selamat, aqidah yang baik, yang sangat diperlukan dalam kehidupan
agar menjadi pegangan yang tidak akan menyesatkan.
Aqidah yang benar juga merupakan dasar pendidikan
akhlak bagi seorang muslim, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran
dirinya. Jika seseorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan
benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidahnya salah dan
melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Aqidah seseorang akan benar dan
lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar.
Aqidah adalah sumber persepsi dan pemikiran. Aqidah
juga merupakan asas keterikatan dan persatuan, asas hukum dan syari'at, dan
merupakan sumber keutamaan ajaran dan akhlaq. Aqidahlah yang telah mencetak
para mujahid-mujahid untuk rindu akan syahid.
Aqidah yang selamat berperan besar dalam kehidupan
seorang muslim, karena tanpa Salimul Aqidah, keraguan-keraguan akan terus
berbuah prasangka-prasangka, yang akan menutup pandangan dan menjauhkan dirinya
dari jalan Allah. Tanpa aqidah yang lurus, seorang muslim akan mudah
dipengaruhi dan diragukan oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.
Pentingnya salimul aqidah dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, layaknya sebuah perahu sehat yang dengan tenangnya mengantarkan
kita keseberang. Salimul Aqidah yang terimplementasi dalam setiap sendi-sendi
kehidupan, akan melahirkan keteraturan di segala sisi kehidupan.
1. Salimul
Aqidah dalam individu
Implementasi saimul aqidah dalam individu berupa
perwujudan enam rukun iman dalam kehidupan manusia. Ditandai dengan
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Menempatkan posisi
Allah sebagai pengendali alam semesta, sehingga apa pun yang terjadi pada
makhluknya, semua adalah atas izin-Nya. Pemberi rizki dan kesembuhan atas
segala penyakit yang diujikan kepada hamba-Nya. Sehingga tidak layak seorang
dokter, tabib, orang pintar kita posisikan sebagai pemberi kesembuhan. Allah
lah yang mengizinkannya, dan adapun dokter dan obat-obatannya hanya lah
perantara. Tidak layak direktur, investor, costumer kita posisikan sebagai
pembawa atau pemberi keuntungan usaha yang kita lakukan. Allah lah yang menurunkan,
sedangkan mereka hanya lah perantara.
2. Salimul
Aqidah dalam keluarga
Keluarga adalah tempat pendidikan dasar bagi anak.
Karenanya, peran orang tua menjadi tauladan akan menjadi pegangan bagi anak
ketika berinteraksi diluar. Salimul Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita
untuk saling menghormati dan saling menyayangi, menjalankan hak dan kewajiban
setiap unsur-unsur keluarga, dan saling mengingatkan. Orang tua memberikan
tauladan kepada anak-anaknya, dan anak berbakti kepada orang tua nya.
3. Salimul
Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat
Salimul Aqidah dalam bermasyarakat dapat menjaga
hubungan baik dengan manusia lainnya. Betetangga dengan penuh harmonis, saling
tolong menolong, toleransi terhadap perbedaan furu’, musyawarah untuk mufakat,
bersikap adil, dan menyadari bahwa semua manusia itu sama di depan Allah, hanya
ketaqwaan yang akan membedakannya.
4. Salimul
Aqidah dalam kehidupan bernegara
Dari komunitas masyarakat yang beraqidah salim, maka
tercipta kehidupan bernegara yang “baldatun toyyibatun warobbun ghofur”. Unsur
warga negara dan pemerintah menjalankan hukum-hukum Allah, dalam menyelesaikan
masalah, semua disandarkan pada ketetapan Al- qur'an dan sunnah, maka keridhoan
Allah akan membuat negeri aman dan sejahtera.
Jika tiap orang mampu mengimplementasikan aqidah
dalam semua aspek kehidupan, maka akan terwujud kehidupan yang baik pula, baik
untuk diri sendiri, keluarganya, masyarakat disekitarnya maupun bagi bangsa dan
negaranya.
Aqidah yang salim itu merupakan sesuatu kebenaran
yang diyakini dalam hati berdasarkan akal, wahyu dan perasaan jiwa. Ia dapat
mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat pemilik
perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan
tindakan-tindakannya. Sehingga apa yang dilakukan adalah perbuatan yang
berdasarkan pada kaidah bahwa Allah senantiasa melihat dan mengamati di mana
saja dan kapan saja.
Jauh dari perbuatan syirik besar maupun kecil. Dan
meyakini segala makhluk di alam ini adalah dalam kuasanya dan atas seizin-Nya.
Implementasi Salimul aqidah dalam kehidupan dengan keyakinan
dan nilai ketaatan. Aqidah yang bersih itu memiliki peranan besar dalam
kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara. Terlebih lagi
di akhirat kelak, akan dibalas sesuai dengan janji-Nya.